Senin, 24 September 2012

Berlaku Lemah Lembut

Berjanjilah untuk satu hal, bahwa kamu akan berlaku lemah lembut terhadap siapa pun. Sesungguhnya mereka hanya mengagumimu dan mencintaimu dengan cara mereka sendiri, baik yang menunjukkan kebencian kepadamu yang hanya dikarenakan rasa cinta yang mereka dustakan dengan kedengkian mereka, karena itu tunjukkanlah sikap lemah lembutmu.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. 
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
 
(QS. Ali Imran:159) 

Aku tahu kamu bisa, karena itu Aku memberitahumu. 
Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan berhati-hati.
 (HR. Muslim no. 5225)
dan,
Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.
(HR. Al Bukhari no. 6024 dan Muslim no. 2165)
 karena...
....Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit.
(Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220)
bahkan kepada Fir'aun, sebagaimana perintah Allah SWT:
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas.
Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut.
[QS. Thaha:43-44]
karena,
Sesungguhnya sejelek-jelek pengembala ternak adalah orang yang kasar kepada hewan gembalaannya.
(HR. Muslim no. 1830)
Permudahlah jalan orang untuk mendekat padamu, yang tertarik dengan cahayamu, cahaya yang kamu bersumber dari Allah yang berada di hatimu, yang memancar melalui seluruh tubuh, tutur kata, dan gerak-gerikmu.
Beritahukanlah tentang Pemilik cahaya itu, beritahukanlah segala kekuasaan Allah Sang Pemilik Cahaya itu.
Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. 
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Anbiya:35)
"Dead?"
"Astaghfirullah al-Adzim, Inna Lillahi wa inna Ilaihi raji'un"
PS: 
Aku baru tau belakangan ini kalau kamu suka bersikap keras dan langsung menolak  dengan keras dan kasar bagi sebagian orang. 
Mau mati muda?
Mau terbaring dalam kubur tanpa bekal yang cukup?
Cukuplah kematian sebagai peringatan bagimu.
Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga).
(Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd)
"Oh God, that scared me T_T..."
Ya Allah Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada ilah (yang patut disembah) kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu.
Aku di atas janjiku kepada-Mu semampuku.
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang aku perbuat.
Aku mengakui untuk-Mu dengan kenikmatan-Mu atasku.
Dan aku mengakui dosa-dosaku terhadap-Mu, maka ampunilah aku.
Karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.

(HR. Bukhari, juz 7/150)

Sabtu, 22 September 2012

Thank You

First and the most important, I have to thank My God, Allah for giving me another chance. Alhamdulillah.
And I have to thank everyone who has lived up my live, makes it so colourfull: thank you.
That's real, I didn't mind who are you, I don't mind, and insya Allah, I won't mind.
I didn't mind if you were trying to hurt me, harassed me, even if you were trying to get me killed, I love you still as I am an Allah's servant. I have no strong faith to hate people, even the baddest people on earth.
* but...I did mind, I do mind, and I will always mind, insya Allah, if you did something good to me, I can't stand it, because I have to repay it somehow.
Sometimes, a tear would come up, sometimes I was trying to covered it up by laughing like crazy when I feel touched.

I loves humans faster than a leave would fall to the ground, don't know why, don't know how, I don't mind either because that might have caused some collateral damages.
I
love them when I saw them smiling.
I love them when I heard their voices singing for me.
I love them even when they told me to stop smoking (which is I already know,but I don't have enough reason to "cease fire", yet).
But thank you, to make it easy for me to love you.
Your fears was always amusing me, it's so kawaiii (cute), what did you afraid of?
And actually even now, I found that parts is still funny, because The Owner of The Sky is my Guardian, maybe insya Allah, I won't fall again.
Subhan Allah, Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah.

I hope you will not suffer, neither have I :D Hahaha
and I hope you'd be responsible for your own choice, because no one was pushing us for making a choice.
Because the second you left you choice, someone would felt somekind of feeling that usually called hurt, and that too, have some collateral damages.
By making a choice, we must realise that it's  not easy and it's involving so many people with "the choice". (Whatttt...?)
^_^

What the F you're gonna do...?
You want it...?
COME AND GET IT !!

Once, again thank you.
All praises for Allah.
If I did something good, it was because of Allah, but if I did something bad, it was my mistake.
^_^

Kamis, 20 September 2012

Kerusakan Menjelang Akhir Zaman

Beberapa waktu yang lalu, aku bertanya-tanya...bagaimana mungkin semua orang yang beriman akan mati sebelum kiamat, dan bagaimana mungkin semua ulama "ditarik" dari dunia ini, sementara umat muslim (atau setidaknya yang mengaku Islam dan/atau yang mengira dirinya muslim) masih banyak dan semakin bertambah setiap hari...?
Marilah kita bahas secara kronologis "kenapa"...
Pertama, simaklah baik-baik hadits shahih berikut:
Sesungguhnya termasuk diantara tanda terjadinya Kiamat adalah ditariknya ilmu agama, kebodohan yang merajalela, tersebarnya perzinaan dan dianggap suatu kelaziman, khamer dijadikan minuman kegemaran, berkurangnya jumlah laki-laki dan semakin mendominasinya kaum perempuan, sehingga lima puluh perempuan hanya mempunyai satu orang pendamping.
( Muttafaqun ‘alaih, sebagaima diriwayatkan oleh Imam al Bukhari, Jilid 1 hadits 81. Juga oleh Imam Muslim, Jilid 4 bab Ilmu hadits nomor 9. Diriwayatkan pula oleh Imam at Tirmidzi, Jilid 4 hadits nomor 2205. Juga oleh Ibnu Majah, Jilid 2 hadits nomor 4045. Dan oleh Imam Ahmad, Jilid 3 hal 176.)
Nah, dari situ kita menemui berbagai hal yang sudah menjadi seperti kebiasaan dan menganggapnya sebagai hal biasa:

  1. Berkurangnya jumlah laki-laki dan semakin mendominasinya kaum perempuan, sehingga lima puluh perempuan hanya mempunyai satu orang pendamping.
    Diakui atau tidak, di sekitar kita lebih banyak bayi perempuan yang dilahirkan, dibandingkan bayi laki-laki, aku mulai menyadarinya beberapa tahun yang lalu. Aku tidak tahu jumlah pastinya, tapi itu sangat jelas sekali.
    Tingkat kematian laki-laki juga lumayan tinggi dibandingkan tingkat kematian perempuan dalam beberapa tahun terakhir.
    Belum lagi soal dominasi perempuan, perhatikanlah...beberapa perempuan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada kebanyakan laki-laki....ah, maaf, aku rasa lebih banyak dari yang aku kira, karena beberapa perempuan itu berada di dekatku, sepupu-sepupuku, mantan-mantan pacarku, teman-temanku, dan kenalan-kenalanku.
    (Ngeluh dikit: itulah kenapa kadang gw males pake bahasa Indonesia, karena ngetiknya kepanjangan, bisa aja pake: My Cousins, My Ex-Girlfriends, My Friends, and My Acquintances...kan...lebih singkat -___-*).
  2. Khamer dijadikan minuman kegemaran.
    Ada berapa merek wine, beer, and brandy sekarang?
    Ada berapa night club (klub malam, diskotik, bar, tempat clubbing/dugem) yang baru dibuka dan happening, sekarang?
    Apakah disana ada yang minum cola (soda)? Atau air putih doang? dah jelas kalau yang minum air putih ini biasanya pake pil kecil yang lebih marak disebut ecstasy atau inex...lebih parah -__- (Audzubillah).
    Dan berapa banyak cafe atau tempat main billiard yang menyediakan minuman beralkohol (masuk golongan khamer ini gan) baik yang jenis berat maupun yang tersamar menjadi cocktail?
  3. Tersebarnya perzinaan dan dianggap suatu kelaziman.
    Bisa kita lanjutkan membahas yang lain gak? Soalnya aku rasa semua sudah tahu ini.
    Sekarang anak perempuan SLTP (Junior High School) saja dah banyak yang "berdagang",
    pergaulan sudah mulai rusak alias sudah dikenalkan sama yang namanya FREE SEX (SEKS BEBAS) sejak usia sedini itu...bahkan sebenarnya lebih dini lagi.
    Berapa banyak pasangan yang bukan suami-istri yang sah yang melakukannya?
    Hitung dari yang cuma pacaran, cuma teman, cuma HTS (Hubungan Tanpa Status), cuma TTM (Teman Tapi Mesum), perselingkuhan, suami yang muke gile doyan makan ayam mude :D, atau istri yang kurang kasih sayang mau disayang semua laki-laki setan yang bawa "pedang".
    Itu hitung yang tanpa paksaan, dan mereka berbuat dosa sendiri tanpa paksaan.
    (Audzubillah).
    Lalu hitung lagi yang dengan "paksaan", rayuan maut, gombal dan sebagainya...hitung berapa banyak kasus pencabulan dan perkosaan beberapa tahun terakhir.
    Mulai dari tetangga, paman, sampai kakek gak jelas...
    Mulai dari preman jalanan sampai kelas kantoran...
    Mulai dari orang buta agama sampai guru ngaji + habib n kyai serakah.
    Dan yang lebih mengejutkan, ada juga perempuan yang "memaksa" laki-laki.

    (Audzubillah)
  4. Kebodohan yang merajalela.
    Berapa banyak yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat?
    Berapa banyak yang tahu kalau kita akan mati, dan itu pasti, dan gak boleh bawa hp?
    Berapa banyak yang membantah hadits shahih atau bahkan al-Qur'an, demi ajaran ustad/kyai/habibnya?
  5. Ditariknya ilmu agama.
    Whaat? Kok bisa? Kan buku agama banyak...Al-Qur'an dan Kitab Sunnah juga banyak beredar di pasaran?
    Sesungguhnya ilmu agama tidak ditarik dengan mencabutnya dari manusia.
    Akan tetapi, ilmu tersebut ditarik dengan diwafatkan-Nya para ulama.
    Hingga apabila tidak ada lagi ulama, maka manusia mengambil para pemimpin dari orang-orang yang bodoh, dimana mereka ditanya lalu memberikan fatwa tanpa ilmu.
    Mereka pun tersesat dan menyesatkan.

    ( Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al Bukhari, Jilid 1 hadits nomor 100. Juga oleh Imam Muslim, Jilid 4 bab Ilmu hadits nomor 13. Diriwayatkan pula oleh at Tirmidzi, Jilid 5 hadits nomor 2652. Juga oleh Ibnu Majah, Jilid 1 hadits nomor 52. Dan Imam Ahmad Jilid 2 hal 162)
Nah, sampai disini, apa sih ulama itu, apakah semua yang mengaku ulama, atau semua yang pakai pakaian putih, atau semua yang pakai sorban, atau semua orang keturunan arab (ada pula yang nyebut dirinya "habib", atau semua yang pakai peci, itu adalah ulama?
^_^ tentulah tidak seperti itu menurut
Allah dan semua orang-orang yang dekat pada-Nya.
Menurut Allah SWT:
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(QS. Fatir:28)
Menurut orang-orang yang dekat dengan-Nya:
  • Ibn Katsir (w. 774 H) menafsiri ayat di atas sebagai berikut:
    {Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama}, maksudnya hanyalah ulama yang ‘arif billah yang benar-benar takut pada-Nya, karena sesungguhnya ketika ma’rifat pada zat yang maha agung, berkuasa, mengetahui dan semua sifat-sifat baik itu semakin sempurna dan pengetahuan tentang-Nya juga semakin sempurna, maka khasyyah (takut) pada-Nya juga semakin besar dan banyak.
  • Ali Ibn Abu Tolhah meriwayatkan maksud ayat di atas dari Ibn Abbas ra, yaitu:
    Ulama yang dimaksud adalah orang-orang yang yakin bahwa
    Allah maha berkuasa atas segala sesuatu. 
  • Berkata Ibn Abu Lahi’ah dari Ibn Abu ‘Umrah dari ‘Ikrimah dari Ibn Abbas:
    Orang yang alim dengan Allah adalah orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, menghalalkan yang dihalalkan-
    Nya, mengharamkan yang diharamkan-Nya, menjaga wasiat-Nya serta yakin bahwa ia akan bertemu dengan-Nya untuk menghisab semua amal perbuatannya.
  • Berkata Sa’id Ibn Jubair:
    al-Khasyyah
    [1] adalah sesuatu yang bisa menjauhkan dari maksiat pada Allah SWT. 
  • al-Hasan al-Bashri berkata:
    Orang yang alim adalah orang yang takut pada Allah yang tidak dilihatnya, senang dengan apa yang di senangi-Nya dan menjauhi diri dari apa yang dibenci-Nya lantas al-Hasan membacakan ayat di atas
    .
  •  Ibn Mas’ud ra berkata:
    Ilmu itu tidak diukur dengan banyaknya meriwayatkan Hadits, tapi dengan banyaknya al-Khasyyah.
  • Berkata Ahmad Ibn Saleh al-Mashri dari Ibn Wahb dari Malik:
    Ilmu itu bukan dengan banyaknya riwayat, tapi dengan adanya nur yang Allah letakan dalam qolb
    .
  • Lalu Ahmad Ibn Saleh al-Mashri memberi penjelasan;
    Artinya bahwa al-Khasyyah itu tidak bisa dihasilkan semata dengan banyaknya riwayat, karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu yang diwajibkan itu terkait dengan al-Qur’an, al-Sunnah dan apa-apa yang datang dari para Sahabat serta para Imam itu hanya bisa didapat dengan cara periwayatan.
    Maka takwil makna Nur adalah pemahaman ilmu dan mengerti makna-maknanya
    .
  • Berkata Sufyan al-Tsauri dari Abu Hayan al-Taimi dari seorang ulama yang berkata bahwa ulama itu dibagi tiga macam, yaitu:
    1) Alim bi Allah dan bi amr
    Allah,
    2) Alim bi
    Allah, tapi tidak alim bi amr Allah dan
    3) Alim bi Amr
    Allah, tapi tidak alim bi Allah.
    Dan kelompok pertama itulah tipikal ulama yang khasyyah pada Allah juga  mengerti akan hudud (batasan-batasan) dan faraidl (kefardluan).
    Adapun kelompok kedua adalah tipikal ulama yang punya khasyyah tapi tidak mengerti hudud dan faraidl.
    Sedangkan kelompok ketiga adalah tipikal ulama yang mengerti hudud dan faraidl tapi tidak punya khasyyah pada Allah SWT.
     
Dah jelas kan...? ^_^"
Ah iya makna al-Khasyyah[1] ya:
“Makna “al-khasyyah” lebih tinggi dari”al-khauf” karena “al-khasyyah” diambil dari kata-kata “syajarah khasyyah” artinya pohon yang kering.
Jadi arti “al-khasyyah” adalah rasa takut yang sangat, sedangkan ”al-khauf” berasal dari kata “naqah khaufa” artinya onta betina yang berpenyakit, yakni mengandung kekurangan.
Di samping itu “al-khasyyah” ialah rasa takut yang timbul karena agungnya pihak yang di takuti meskipun pihak yang mengalami takut itu seorang yang kuat. 
Dengan demikian “al-khasyyah” adalah ”al-khauf” atau rasa takut yang disertai rasa hormat (takdzim), sedangkan ”al-khauf” adalah rasa takut yang timbul karena lemahnya pihak yang merasa takut kendati pihak yang ditakuti itu remeh. 
Akar kata “al-khasyyah” terdiri atas kha’, syin, dan ya’ di dalam tashrifnya menunjukkan sifat keagungan dan kebesaran. 
Seperti “as-Syaikh” yang berarti as-sayyid al-kabir dan al-khaisy (al-ghalidz min libaas) yang artinya pakaian yang kasar. 
Oleh karena itu kata “al-khasyyah” sering digunakan berkenaan dengan hak Allah. “
Sekian dulu ya, semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Senin, 17 September 2012

A Year Without You Is Like A Day Without Rain.

Gak usah berlebihan, memang itu kenyataan. you're the one who left me to die...but I survive...saved by Allah to be exact. So, now even if you kneel and beg me, I won't be at your side again, cruel woman.
Aku gak tau bagaimana aku bisa survive sampai sejauh ini, padahal saat itu aku kira aku gak bakal selamat, hahahaha, Alhamdulillah.
Semua itu karena Allah,
beneran lho, aku gak akan menceritakan detailnya, tapi jika ada phrase "aku kehilangan segalanya saat itu", itu tidak sepenuhnya benar, tapi tidak sepenuhnya salah juga jika dipandang dari satu sisi.
Karena dengan kehilangan segalanya, aku mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari Allah.
”Sesungguhnya, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, melainkan pasti Allah akan menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik bagimu.”
(HR Ahmad, al-Albani mengatakan, sanadnya shahih sesuai syarat Muslim)
Betapa bersyukurnya aku, betapa merasa tertolongnya aku karena Allah.
I was pushed so hard, so that I was falling, but Allah helped me. Allah is my strength and my might; God has become my salvation… I shall not die, but I shall live, and recount the deeds of Allah.
Bisa saja, saat itu aku patuh dan tunduk kepada manusia keluarga Abu Lahab versi modern itu, 
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut."
(QS. Al-Masad:1-5)
tapi hatiku menolak untuk tunduk, dan memilih untuk tidak (walaupun aku tau aku akan kehilangan banyak hal), karena aku melihat sesuatu yang buruk dan akan lebih buruk jika aku patuh pada keinginan mereka dan mengabaikan kata hatiku.
Pertaruhan yang sangat besar, tau akan kehilangan semuanya...tapi percaya bahwa Allah akan menyambutku setelah aku melompat dari tempat itu.

Hehehe, ternyata benar.
Sesungguhnya Allah berfirman:
"Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku kepada-Ku.
Aku
bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.

[HR.Turmudzi]
Sesungguhnya, saat itu aku tidak tau apa-apa kecuali mempercayakan diriku sepenuhnya kepada Allah, dan terjun bebas, menjatuhkan diri...tanpa berpikir apa-apa kecuali percaya kalau Allah akan menangkapku.
Alhamdulillah, ternyata prasangkaku kepada-Nya tidak sia-sia. Walaupun, aku dimarahi karena aku bertindak konyol tanpa berpikir keselamatanku sendiri dengan menyerahkan diri begitu saja. Tapi tidak apa-apa, toh lebih baik dimarahin daripada dicuekin.
"Bagaimana kalau Aku tidak ada, bagaimana kalau Aku tidak mau menangkapmu, bagaimana kalau Aku tidak mau menyelamatkanmu, bagaimana kamu bisa begitu bodoh, bagaimana mungkin kamu menyerahkan dirimu sepenuhnya kepada-Ku?"
"karena aku percaya kepada-Mu, Ya Allah...Engkau pasti akan menyelamatkanku. Lagian saat-saat seperti inilah, aku bisa benar-benar yakin kalau Engkau ada."
Yang Murka tadi...langsung reda, senyum melihat "kebodohan" hamba-Nya.
Alhamdulillah
Kalau kupikir sekarang, itu memang tindakan yang paling nekat dan tidak mau kuulangi lagi, Astaghfirullah al-Adzim. Tapi dengan begitu aku belajar dan lebih berhati-hati dalam memilih gunung mana yang ingin kudaki, dan (insya Allah) tidak lagi mendaki sembarang gunung hanya karena merasa tertantang.
Pilihlah gunung yang bisa semakin mendekatkan dirimu kepada Allah yang penuh dengan kebaikan, bukan gunung yang dihuni monster-monster neraka di sekitarnya.



Kasus terakhir dimana aku melompat itu adalah karena aku sangat kaget begitu melihat tidak ada apa-apa disana kecuali para ahli neraka dan ternyata itu adalah gunung berapi, hahaha, Astaghfirullah.
Dan aku melompat, karena jika tidak lompat secepatnya, mereka akan menangkapku dan menjadikanku bagian dari mereka.

Naudzubillah.
."...jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."

(QS. Yusuf:87)

Sabtu, 15 September 2012

The Bystander Intervention Model

The Bystander Intervention Model predicts that he is more likely to help others under certain conditions. As the diagram indicates, bystander first must notice the incident taking place. Obviously, if he doesn’t take note of the situation there is no reason to help. 
Bystander also need to evaluate the situation and determine whether it is an emergency—or at least one in which someone needs assistance. Again, if he does not interpret a situation as one in which someone needs assistance, then there is no need to provide help. 
Another decision Bystander make is whether he should assume responsibility for giving help. 
One repeated finding in research studies on helping is that a Bystander is less likely to help if there are other bystanders present. 
When other bystanders are present responsibility for helping is diffused. 
If a lone bystander is present he or she is more likely to assume responsibility.    
Factors that Influence Helping
Many factors influence his willingness to help, including the ambiguity of the situation, perceived cost, diffusion of responsi­bility, similarity, mood and gender, attributions of the causes of need, and social norms.
  • Situational ambiguity. In ambiguous situations, (i.e., it is unclear that there is an emergency) he is much less likely to offer assistance than in situations involv­ing a clear-cut emergency.
    He is also less likely to help in unfamiliar environments than in familiar ones (e.g., when he is in strange cities rather than in his hometowns).
  • Perceived cost. The likelihood of helping increases as the perceived cost to himself declines. He is more likely to lend his class notes to someone whom he believe will return them than to a person who doesn't appear trustworthy.
  • Diffusion of responsibility. The presence of others may diffuse the sense of indi­vidual responsibility. It follows that if you suddenly felt faint and were about to pass out on the street, you would be more likely to receive help if there are only a few passers-by present than if the street is crowded with pedestrians. With fewer people present, it becomes more difficult to point to the "other guy" as the one responsible for taking action. If everyone believes the other guy will act, then no one acts.
  • Similarity.
    He is more willing to help others whom he  perceive to be similar to himself - people who share a common background and beliefs. He is even more likely to help others who dress like he does than those in different attire. He also tend to be more willing to help his kin than to help non—kin.
  • Mood. He is generally more willing to help others when he is in a good mood.
  • Gender.
    Despite changes in traditional gender roles, women in need are more likely than men in need to receive assistance from him.
    CMIIW ( ^∇^)
  • Attributions of the cause of need.
    He is much more likely to help others he judge to be innocent victims than those he believes have brought their prob­lems on themselves. Thus, he may fails to lend assistance to homeless people and drug addicts whom he feels "deserve what they get."
  • Social norms.
    He will not touch you in public.
Sebenarnya, dia sangat malas menolong orang lain, karena menurutnya itu tidak berguna, tapi karena Allah, dia melakukannya juga. Hutangnya sangat banyak kepada Allah yang memeliharanya, jadi bagaimana dia bisa diam saja sementara ada makhluk Allah yang membutuhkannya, membutuhkan pertolongannya.
Memang, dia akui, setelah menolong (apapun jenis pertolongan/intervensinya), dia lebih baik bersikap "tidak terjadi apa-apa", karena....jagalah privacynya...dia tidak ingin semua orang minta bantuan kepadanya, dia juga ingin main, main mayat-mayatan di tempat tidur (gak gerak sama sekali), atau sekedar ingin menyendiri (dia merasa lebih nyaman saat dia berdialog dengan Tuhannya, Allah).
Hormatilah privacynya, karena sama sepertimu waktunya dalam sehari hanya 24 jam.
Dia menolongmu, cukup sampai disitu, kamu tidak perlu memberitahukannya kepada semua orang, atau memintanya untuk menunjukkan dirinya di depan orang lain, karena orang lain akan merasa iri "kenapa dia menolongmu, kenapa dia seperti itu kepadamu, sementara kepada kami, mendengarkan cerita kami pun dia ogah (tidak mau)?".
Pertanyaan yang akan sulit (karena enggan) untuk dijawabnya.

"Dia menolong siapa pun yang dia kehendaki dan
membiarkan siapa pun yang tidak dia kehendaki untuk ditolong".

Selasa, 11 September 2012

Cintalah Jangan Suudzon

Eh...eh, anu, alasan khususnya bukan karena kamu tanpa sengaja menemukan "A Bystander" yg sedang "bersembunyi" & mengajarkannya cinta kan? :D 
Hahaha, hidup ini lucu kan...terlalu banyak "kebetulan".  
"Bystander" itu sedang bersembunyi jauh dari peradaban, sementara dia meminta kepada Allah sesuatu yang bahkan tidak pernah dilihatnya. "Bystander" itu merasa bahwa "kalau aku disini", tidak akan ada yang ada yang menemukanku. Setidaknya dia memang bodoh, Allah bisa apa saja, kekuasaan-Nya tiada batas.
Tapi ada manusia yang tiba-tiba menyadari sesuatu yang hanya dia dan Allah yang tahu, lalu mengajarinya (sedikit "dipaksa") tentang cinta, tentang mencintai, dan bahwa mencintai manusia itu adalah salah satu cabang dari cinta Allah
Sejak itu "Bystander" satu itu, belajar lagi dari awal semua hal yang dulu sudah diketahuinya.
Dan dia sekarang lebih mengerti bahwa hidayah itu milik Allah, dia tidak bisa menyelamatkan siapapun tanpa Allah menghendaki demikian juga. 
Jadi, kalau dulu dia mencoba menyelamatkan semua orang (L/P) sampe berdarah-darah...sekarang dia lebih "melihat", "mendengar" dan berpikir. Termasuk ketika melihat "setan vs setan", dia akan diam saja, tidak ngapa-ngapain, hanya melihat.

Aku tidak menghakimi orang, itu hak Allah.  
Tapi jika ada yang bilang kamu tidak bisa melihat tanda-tanda ahli neraka dan ahli syurga, itu...tidak sepenuhnya benar. Itu hanya agar kita tidak ber-su'udzon kepada orang lain, sehina apapun dia di mata kita. Allah mengajarkan itu kepadaku dgn contoh nyata. 

Contoh:
Suatu pagi, ketika habis shalat subuh di Masjid terdekat di kota anda (deket kost maksudnya), jalan-jalan nyari makanan (biasanya dia ada kegiatan lain sehabis shalat subuh itu) agak jauh, tempat langganannya dulu, dah jalan lumayan jauh, sampe di TKP ternyata...yup...tutup...gak buka "khusus" hari itu.
Yah, habis itu berjalan pulang...tak...tik...tuk...(jalan kaki)...ternyata ada yang mengikutinya...botak gede serem matanya merah (lebih gede dari dia)...
Mulai ngerasa gak nyaman, dia jalan agak stand by (tadinya santai banget) kalo-kalo dia mau langsung nyerang dari belakang, pikirnya...

Hampir sampai di kost, ternyata ada yang dagang makanan buat sarapan pagi (ya iyalah, jam 5 pagi masak buat makan siang T_T, kadang dongo' juga nih)...nah, untuk melihat dan memastikan bahwa orang itu (yang botak gede serem + matanya merah tadi), dia sengaja ngelewati Ibu yang dagang itu untuk sekedar melihat gembok pagar kost...ternyata orang itu juga melewati Ibu Dagang itu.
(Jaraknya Kost - Ibu Dagang +/- 15 meter)
Habis megang gembok, langsung balik badan...dan berjalan ke arah Ibu dagang buat beli makan...ternyata...guess what...
YUP...abang botak gede serem + matanya merah itu ngikutin dia.

Sampe di tempat Ibu itu, ternyata beliau belum siap dagangannya, masih mau bawa-bawa segalanya dari rumahnya di gang di depan lapaknya tuh tante.
Nah, pajang-pajangan dunk dia sama si abang botak gede serem + matanya merah tadi.
Dia mikir, "pasti mau malak nih bocah." (gak mungkin assasin/pembunuh bayaran kan, hahaha, ngapain coba?)
Pelototan and saling liat, dia liatnya biasa aja, orang itu melotot dengan mata merahnya sambil megang-megang sesuatu di tas kecilnya.
Mikir lagi, "pisau tuh..." (Ya iyalah, masa' pistol...-_-...aih).
Ada saat ketika dia ingin langsung nyamperin tuh orang dan "yah biasalah: Bag Big Bug Dug" aja, tapi ada suara yang menghentikannya 
"Sabar...kan dia gak ngapa-ngapain, kalo dia nyentuh kamu duluan kamu bebas ngapain aja".
So, dia tetap stay still in alert dan berusaha santai.
Nah...lama-lama jongkok-berdiri-jongkok kan gerah n capek (gak ada tempat duduk yang layak, kecuali mau lesehan di aspal :D)...

Akhirnya dia memutuskan untuk menyapa dan membantu Ibu itu menyiapkan,
K: "Bu, ada yang bisa saya bantu?"
I: " Oh kebeneran dik, anak-anak Ibu pada males bantuin."
(Belakangan gw tau kalo Ibu ini adalah isteri dari Imam di Masjid tadi, Masyaa Allah)
Dah, bolak-balik masuk gang kecil mbantuin Ibu itu ngangkatin semua dagangan, kursi plastik, dsb.
Akhirnya kelar juga #Alhamdulillah, karena Allah, mungkin jadi gak kerasa capek sama sekali.
K: "Bu saya pesen nasi lontong sayurnya ya"
I: "Iya dik, pake sambel gak?"
K: "iya bu"
Ibu itu ngeliatin ke arah abang botak gede serem yang matanya merah itu, lalu,
I: "temennya juga satu ya dik"
K: (kaget n menolak dibilang temen) "ah, bukan bu, saya gak tau siapa itu."
I: "oh gitu"
Abang itu bereaksi dan menjawab: "Iya bu, saya juga satu"
K: (kaget, mikir "berarti dia denger percakapan gw sama Ibu ini dari tadi")
Yah, santai aja...makan (tetap alert), dah kelar satu porsi, masih laper, nambah nasi kuning.
Sementara abang itu dah kelar, n mulai bayar.
Dia (K) liatin terus (agak jauh duduknya), abang itu nunjuk-nunjuk dia sambil ngomong sama Ibu itu.
K: (mikir, "ah, gak mungkin dia mau bayarin gw, sementara tadi hampir aja "yah taulah" kalau aku tidak dicegah)
Selesai bayar, abang itu pergi sambil senyum ke arahnya.
Saking kaget liat senyum itu, dia diem senyum pun kagak, bukan karena kesel atau marah atau tidak peduli, tapi kaget karena mungkin firasatnya benar "bahwa dia dibayarin". 
Akhirnya selesai makan...
Mau bayar...
I: "Tadi udah dibayarin temennya dik"
K: (sok gak tau, masih) "Temen...temen yang mana Bu?"
I: "Yang tadi" (maksudnya abang yang tadi)
K: "Lho, saya gak kenal sama sekali lho sama orang tadi, serius bu? Emang Ibu kenal sama orang itu? Orang sini ya Bu?"
I: "Oh...iya? kirain kenal...Ibu juga gak tau siapa itu, baru kali ini Ibu liatnya..."
K: "Oh,gitu ya Bu, yaudah, makasih ya Bu"
(Senyum)
Alhamdulillah dibayarin orang, rezeki dari Allah.
Mikir...dan mikir..."Siapa orang tadi ya Allah?"
Yang Ditanya senyum aja di atas sana (itu yang dia rasakan, bahwa Tuhannya itu sedang tersenyum, Subhan Allah).
Kesimpulan yang didapatnya:
Itu siapa "Wa Allahu 'alam bishawab", mungkin Malaikat yang ditugaskan untuk memberinya rezeki dari Allah, mungkin juga setan yang ditugaskan oleh Allah untuk menguji tingkat kepatuhan dan kesabarannya (ingat waktu dia hendak "menerkam" abang itu, ada suara yang menyuruhnya untuk tidak melakukannya).
Dan ketika dia bisa bersabar dan tidak menyerang orang yang memprovokasinya itu, Allah senang dan memberinya rezeki.
Dan banyak pelajaran pagi itu:
  1. Jangan terburu buru baca Al-Qur'an, pahami pelan-pelan jangan hanya mengejar "tamat" terus ulang lagi tanpa berusaha memahami, mengaplikasikan, dan mengagumi setiap ayat-ayat Allah itu adalah benar;
  2. Di kehidupan sehari-hari ada pelajaran juga, janganlah kamu hanya membicarakan ayat-ayat Allah dan tuntunan dari Rasul-Rasul-Nya serta para nabi-nabi-Nya;
  3. Jangan gampang terpancing, tahanlah dirimu ketika kamu hendak menyerang orang lain, walaupun mereka memprovokasimu;
  4. Selalu percaya, bahwa Allah melindungimu;
  5. Berbuat baiklah kepada orang lain yang membutuhkanmu;
  6. Makanlah dengan membaca "Bismillah" minimal; dan
  7. Cintailah manusia karena Allah dan jangan berprasangka buruk kepada manusia, walaupun menurut logikamu manusia itu "pasti" berniat buruk kepadamu.
    Karena Allah melindungimu,
    dan Dialah sebaik-baiknya Pelindung
    .
Subhan Allah Wa Alhamdulillah
Wa Laa Ilaha Illa Allah Wa Allahu Akbar.

Sungguh, Allah itu sering membuatku menangis, karena-Nya.
Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah.
Aku berlindung kepada Allah.

How Will I Survive

Don't know how I'll survive, I'm missing you so much, a day without you is like a year without rain.
Like I've been wandering the desert for a thousand days.
I hear your voice in my mind, can't you hear me?
I can't explain, it's a world of wonder with you in my life.
Can you feel me when I think about you?
With every breath I take.
Every minute, no matter what I do.
I'm missing you so much, can't help it, I'm in love.
 
Iya, ya...kalo dipikir-pikir, gimana aku bisa survive?w(°o°)w
Sebenernya, aku gak nyangka bisa survive sampe sejauh ini.
Aku gak tau rahasia Allah, apa kehendak-Nya hingga Dia membiarkanku tetap berada di dunia ini.
Seperti berjalan di tempat yang sangat asing bagiku, aku dicukupi oleh Allah (Alhamdulillah) tapi justru itu, aku merasa aneh.
Aku, ajaibnya, merasa tidak pantas untuk dibegitukan.
Taruhlah, ibadahku sangat-sangat kurang dibandingkan abang-abang yang lain.
Rendah hati juga tidak, biasa aja kok....gak nunduk-nunduk kayak nyari koin di jalanan.
Sabar...jauh, kadang mencak-mencak...masih, iya masih suka kayak gitu.
Jadi apa...apa yang membuat Allah begitu baik?
Tidak seharusnya aku mempertanyakan-Nya, tapi rasa ingin tahuku kadang lebih besar daripada rasa takutku.
Astaghfirullah.

Tawakkal, Tawadhu, Ikhlas, Baik Hati, Tidak Sombong, Zuhud, Wara', dan segala sifat baik lainnya yang mungkin dimiliki manusia...
Aku tidak tau soal itu, karena sesungguhnya iman itu ada disini (nunjuk hati), aku hanya berjalan tanpa tujuan yang jelas yang terlihat, mengikuti arah angin...kemana "suara" itu menuntunku dan menghindar dari matahari sebisa mungkin.

Aku hanya tertawa, dan gampang tertawa (sedikit sedih sih), ketika ada yang berkata:
  • "Krisna, kamu kok hanya muncul kalau kamu bahagia saja, and share it"?
  • "Kamu itu Kris, gak pernah kelihatan susah...gak ada tampang susahnya."
  • "Kamu sudah cukup mempelajari agama."
  • "Kurang apa lagi kamu?"
  • dsb.
Karena semua itu tidak berarti, aku mungkin akan benar-benar merasa puas, kelak saat aku sudah melapor kepada Tuhanku dan Dia ridha kepadaku.
Gak tau juga sih, akhir-akhir ini aku ngerasa aneh, mungkin perasaan (insting) seperti ketika hewan tertentu bisa merasakan akan adanya hujan/badai.
Audzubillah, aku berlindung kepada Allah.

Mungkin aku akan mati, mungkin kita semua akan mati, atau malah mungkin dunia ini akan dibinasakan oleh Allah.
Dan itu sesuatu hal yang pasti, cepat atau lambat.
Tapi, sesungguhnya aku gemetar, takut, perasaan yang tidak bisa dijelaskan kenapa.
Mimpiku mulai aneh-aneh, sesuatu yang gak mungkin menurut logikaku, tapi apa yang tidak mungkin bagi Allah, Tuhan Seluruh Alam, Maha Suci Allah.
Ya Allah, lindungilah aku.
Aku minta maaf, kalau aku punya salah dan belum sempat minta maaf.
Aku minta maaf.

Minggu, 09 September 2012

Tinggalkanlah Yang Meragukanmu

Hal yang simple, meninggalkan sesuatu untuk sesuatu yang lebih baik insya Allah.
Tapi, bisakah kita, saat sudah begitu dekat?
Ridha kah? Ikhlaskah kita?
Meninggalkan sesuatu yang dengannya kita menjalani hari-hari kita sebelum kita mengambil keputusan untuk meninggalkannya, tidaklah mudah, butuh keberanian, keteguhan, dan ketetapan hati dari Allah yang bisa membolak-balikkan hati sesuka-Nya.
* Break a minute
Astaghfirullah al-Adzim, ketawa lagi deh -__- *kebiasaan, kalo inget Allah ketawa atau senyum atau malah menangis"
"Ya Allah, come on, I'm trying to be serious here...help me with Your knowledges, please" -__- 
Itulah salah satu "kebiasaan" Allah, gak pernah membiarkanku sedih (kalau pun aku menangis, Dia akan membuatku tersenyum setelahnya) atau pun serius di dunia ini.
-Alhamdulillah- T_T <--- touched at betapa baiknya Allah.
Kamu tahu betapa sulitnya bagiku untuk tidak tertawa, minimal tersenyum ketika menghadapi lika-liku tingkah manusia atau bahkan menangis?
  • Saat bilang "I love U", aku minimal tersenyum, aku tidak bisa sepeti orang lain yang nunjukin ekspresi kayak nendang penalti (sepakbola).
    Bagaimana dengan kamu...?
  • Dimarahin, senyum (atau minimal nahan ketawa), kenapa?
    Karena segimanapun manusia, murka Allah lebih mengerikan (Audzubillah), jadi, sorry to say this, kemarahan manusia tidak ada apa-apanya, dan mereka lupa bahwa Allah Maha Melihat, Dia melihat segalanya, termasuk ketika aku "disidang" manusia dan "dihakimi" manusia.
  • Terhadap seseorang yang mencintaiku, tapi takut dan ragu untuk mengatakannya.
    Itu pilihan manusia, hidup dalam keragu-raguan atau mau melangkah tanpa ragu karena percaya (beriman) kepada Allah.
Maaf, tapi memang begitulah aku, aku tidak bisa berlama-lama "ragu-ragu", aku lebih baik maju dan melakukan apa yang harus aku lakukan tanpa takut sedikitpun dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Pemilik-ku, Allah.
Yah, memang sih, dengan begitu, aku dianggap tidak punya pikiran dan terkesan tidak pernah serius.
Tapi, sekali lagi...itu aku.
Dan begitu pula terhadap yang meragukanku, aku lebih baik meninggalkannya.
Karena biasanya, hal seperti itu akan berbalik mengontrol kita (setan masuk dan memulai aksinya dengan meniupkan keragu-raguan).
Ketahuilah, setan datang untuk membuat kalian ragu-ragu.
Nah saat kamu ragu, maka setan akan membuat kalian menunda-nunda, apa yang aslinya insya Allah adalah baik, sebagaimana:
Imam Ibnul Jauzi dalam buku “Talbis iblis” berkata, “betapa banyak orang  yang bertekad teguh,  dibuat  menanti-nanti”,  yaitu  dibuat berkata “nanti saja” oleh setan. 
Ibnul Jauzi melanjutkan, “betapa banyak pula yang berusaha untuk berbuat baik dipengaruhi setan untuk menunda-nundanya.”
Jadi ketika orang itu ragu, minggat...minggatlah secepat mungkin....Hahaha...kabur...lari...selamatkan dirimu.
"Pengecut...?"
Pikir lagi sebelum menuduh.
Kamu tau, setelah itu, dia (orang yang ragu itu) akan mulai merasa was-was, cemburu, marah, berbuat kejam/keji, dan/atau malah membencimu dengan segenap hatinya (yang telah disusupi setan tadi), tanpa alasan yang benar.
Audzubillah.

Jadi, sebelum terlambat, tinggalkanlah.
"Tinggalkan yang meragukanmu menuju hal yang tidak meragukanmu." 
(HR. Tirmidzi dan Nasa'i, Tirmidzi berkata: hadits Hasan Sahih)
Maaf, aku tidak pernah terlihat ragu, karena jika ragu...aku biasanya akan meninggalkan, bukan hanya keraguanku (seperti kebanyakan orang), tapi jika perlu aku meninggalkan apa yang meragukanku.
Sampai pada kesempatan berikutnya, jika ada kesempatan lagi.
Ah...iya aku ngerti, lebih baik kalo ada contohnya.
Ok. Contoh:

  1. Ketika ingin membeli barang pada satu kesempatan, tapi ragu, aku tidak membelinya.
    Yah, ada kemungkinan barang itu sudah dibeli orang lain, atau memang masih ada disitu atau ada yang menawarkan barang yang sama yang lebih bagus dan/atau lebih murah dan aku yakin, maka aku membelinya, sambil senyum O(≧∇≦)O "ah, akhirnya dapat juga (Alhamdulillah)".
  2. Hal yang sama mungkin berlaku juga untuk hal lain selain barang. (Pemalas, malas ngasih contoh lain :D).
    Aku yakin yang baca ini pintar kok dan bisa menganalogikan sendiri. 
Yeah, intinya: I do what I want (Aku melakukan apa yang kuinginkan).
Insya Allah dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, yeah, maaf kalau tidak terlihat seperti itu 

ヽ(^。^)丿karena aku terlalu carefree (overconfident kata orang tua ku sih :D),
bahasa resminya: "karena aku percaya kepada Allah".

Jadi, saranku, janganlah kamu ragu, jangan hidup dalam keragu-raguan, yakinlah kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya.
Karena detik kamu ragu, detik itulah setan nyamper, maka katakanlah:

A’udzu billahi minasy syaiythaanirrajiim. inget, pelafadzannya harus benar kalau beda dikit beda arti...pengen aman, singkat, padat, dan jelas, maka ucapkanlah:
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.
“Ya Allah!
Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan yang merajainya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak kecuali Engkau.
Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya, dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeret-nya kepada seorang muslim.”
(HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Lihat kitab Shahih At-Tirmidzi 3/142)