PANDUAN PUASA RAMADHAN
MUQADDIMAH
Diriwayatkan dari Anas ra. ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah saw. :
Apabila ada sesuatu dari urusan duniamu, maka kamu lebih tahu tentang hal itu.
Jika ada urusan dienmu, maka akulah tempat kembalinya ( ikuti aku ).
( H.R Ahmad).
Dirwayatkan dari 'Aisyah ra:
Rasulullah saw. telah bersabda :
Barangsiapa melakukan perbuatan yang bukan perintah kami, maka ia tertolak ( tidak diterima).
Dan dalam riwayat lain:
Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perintah kami ini yang bukan dari padanya, maka ia tertolak.
Sementara dalam riwayat lain :
Barangsiapa yang berbuat sesuatu urusan yang lain daripada perintah kami, maka ia tertolak.
(HR.Ahmad. Bukhary dan Abu Dawud).
Kandungan
dua hadits shahih di atas menerangkan dengan jelas dan tegas bahwa
segala perbuatan, amalan-amalan yang hubungannya dengan dien/syari'at
terutama dalam masalah ubudiyah wajib menurut panduan dan petunjuk yang
telah digariskan oleh Rasulullah saw.
Tidak boleh ditambah dan/atau dikurangi meskipun menurut fikiran seolah-olah lebih baik.
Diantara cara syaitan menggoda ummat Islam ialah membisikkan suatu tambahan dalam urusan Dien.
Sayangnya, perkara ini dianggap soal sepele, enteng dan remeh.
Padahal perbuatan seperti itu adalah merupakan suatu kerusakan yang amat fatal dan berbahaya.
Sabda Rasul saw. :
"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, katanya :
Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. berkhutbah kepada manusia pada waktu haji Wada' .
Maka beliau bersabda:
Sesungguhnya Syaithan telah berputus asa ( dalam berusaha ) agar ia disembah di bumimu ini.
Tetapi ia ridha apabila ( bisikannya) ditaati dalam hal selain itu;
yakni suatu amalan yang kamu anggap remeh dari amalan-amalan kamu, berhati-hatilah kamu sekalian.
Sesungguhnya
aku telah meninggalkan untukmu , yang jika kamu berpegang kepadanya
niscaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya.
Yaitu: Kitab Allah dan sunnah NabiNya. "
( HR. Hakim ).
Dengan
demikian dapat difahami bagaimana Rasulullah saw. mengingatkan kita
agar selalu waspada terhadap provokasi setan untuk beramal dengan
menyalahi tuntunan Nabi sekalipun hal itu nampak remeh.
"Diriwayatkan dari Ghudwahaif bin Al-Harits ra:
ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah saw:
Setiap suatu kaum mengadakan Bid'ah, pasti saat itu diangkat (dihilangkan ) sunnah semisalnya.
Maka berpegang teguh kepda sunnah itu lebih baik daripada mengadakan bid'ah.
( HR. Ahmad )
Jadi, ketika amalan bid'ah ditimbulkan betapapun kecilnya, maka pada saat yang sama Sunnah telah dimusnahkan.
Pada
akhirnya lama kelamaan yang nampak dalam dien ini hanyalah perkara
bid'ah sedangkan yang Sunnah dan original telah tertutup.
Pada saat itulah ummat Islam akan menjadi lemah dan dikuasai musuh.
Insya
Allah tak lama lagi kita akan menyambut kedatangan Ramadhan,dalam bulan
yang penuh berkah ini kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadhan
sebulan penuh , yang mana hal tersebut merupakan salah satu bagian dari
rukun Islam.
Karenanya hal tersebut amat penting.
Berkaitan
dengan hal diatas, maka kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat menunaikan ibadah puasa ini sesempurna mungkin , benar-benar bebas
dari bid'ah sesuai dengan panduan yang telah digariskan oleh Rasulullah
SAW.
Untuk keperluan itulah dalam risalah yang
sederhana ini diterangkan beberapa hal yang berkaitan dengan amaliah
puasa Ramadhan, zakat fithrah, dan Shalat 'Ied berdasarkan Nash-nash
yang Shariih ( jelas ).
Dalil - dalil dan KESIMPULAN dibuat agar mudah difahami antara hubungan amal dengan dalilnya.
Dan
-tak ada gading yang tak retak- kata pepatah, sudah barang tentu
risalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk menuju kesempurnaannya
bantuan dari pemakai amat diharapkan.
Semoga risalah ini diterima oleh Allah sebagai Amal Shalih yang bermanfaat terutama di akhirat nanti.
Amien.
I. MASYRU'IYAT DAN MATLAMAT PUASA RAMADHAN.
1.
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa,
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian
bertaqwa "
( QS Al-Baqarah : 183 ).
2. "Bulan
Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang haq dengan yang bathil ), karena itu barangsiapa diantara
kamu menyaksikan (masuknya bulan ini ), maka hendaklah ia puasa... "
( Al-Baqarah: 185).
3.
" Telah bersabda Rasulullah SAW: Islam didirikan di atas lima perkara:
Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad
itu adalah utusan Allah.
Mendirikan Shalat Mengeluarkan Zakat puasa di bulan Ramadhan Menunaikan haji ke Ka'bah.
( HR.Bukhari Muslim ).
4.
"Diriwayatkan dari Thalhah bin ' Ubaidillah ra. : bahwa sesungguhnya
ada seorang bertanya kepada Nabi saw. : ia berkata : Wahai Rasulullah
beritakan
kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah atas diriku.
Beliau bersabda : puasa Ramadhan. Lalu orang itu bertanya lagi : Adakah
puasa lain yang diwajibkan atas
diriku ?. Beliau bersabda : tidak ada, kecuali bila engkau puasa Sunnah. ".
KESIMPULAN : Dari ayat-ayat dan hadits-hadits diatas, kita dapat mengambil pelajaran :
1. puasa Ramadhan hukumnya Fardu ‘Ain ( dalil 1, 2, 3 dan 4 ).
2. puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan (dalil no 1).
II. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA
1. Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:
Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda:
Ketika
datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh
berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah
dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu.
Dalam bulan
ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka
barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik didalamnya),
sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti
di bulan ini).
( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).
2. "Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata:
Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi SAW ketika Utbah
melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam.
Ia berkata:
maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan ia berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda tentang bulan Ramadhan:
Di
bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu
Jannah, dan dalam bulan ini Setan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : D
an dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru:
Wahai
orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan bergembiralah anda, dan
wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan berhentilah ( dari
perbuatan jahat).
Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan."
(Riwayat Ahmad dan Nasai )
3. " Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra.
Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda:
Shalat
Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya, puasa
Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa
(kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi."
(H.R.Muslim)
4. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda:
puasa dan Qur'an itu memintakan syafa’at seseorang hamba di hari Kiamat nanti.
puasa berkata:
Wahai
Rabbku,aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan
syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa'at
baginya.
Dan berkata pula AL-Qur'an: Wahai Rabbku aku telah
mencegah dia tidur di malam hari ( karena membacaku ), maka berilah aku
hak untuk memintakan syafaat baginya.
Maka keduanya diberi hak untuk memmintakan syafaat."
( H.R. Ahmad, Hadits Hasan).
5. "Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad:
Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda:
bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada sebuah pintu yang disebut " Rayyaan".
Pada hari kiamat dikatakan:
Dimana orang yang puasa?
(
untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir diantara
mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu."
(HR. Bukhary Muslim).
6. Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa
puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang
telah lalu dan yang sekarang (HR.Bukhary Muslim).
KESIMPULAN
: Kesemua Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita, tentang
keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan beramal didalamnya, diantaranya :
1. Bulan Ramadhan adalah:
- Bulan yang penuh Barakah.
- Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
- Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
- Dalam
bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih
baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam
LAILATUL QADR.
- Pada bulan ini setiap hari ada
malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar
bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. (dalil 1
& 2).
2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :
- Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
- Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
- Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. ( dalil 3, 4, 5 dan 6).
III. CARA MENETAPKAN AWAL DAN AKHIR BULAN
1. "Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. beliau berkata :
Manusia sama melihat Hilal (bulan sabit), maka akupun mengabarkan hal itu kepada Rasululullah SAW.
Saya katakan:
sesungguhnya saya telah melihat Hilal.
Maka beliau SAW puasa dan memerintahkan semua orang agar puasa."
( H.R Abu Dawud, Al-Hakim dan Ibnu Hibban).
(Hadits Shahih).
2. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
Bahwa sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:
Mulailah puasa karena melihat ru'yah dan berbukalah ( akhirilah puasa Ramadhan ) dengan melihat ru'yah.
Apabila awan menutupi pandanganmu, maka sempurnakanlah bulan Sya'ban selama Tiga Puluh hari. "
( HR. Bukhary Muslim).
KESIMPULAN
- Menetapkan
awal dan akhir bulan Ramadhan dengan melihat ru'yah, meskipun
bersumber dari laporan seseorang, yag penting adil ( dapat
dipercaya ).
- Jika bulan sabit ( Hilal ) tidak
terlihat karena tertutup awan, misalnya, maka bilangan bulan
Sya'ban digenapkan menjadi Tiga Puluh hari. ( dalil 1 dan 2).
- Pada
dasarnya ru'yah yang dilihat oleh penduduk di suatu negara,
berlaku untuk seluruh dunia. Hal ini akan berlaku jika Khilafah '
Ala Minhaajinnabiy sudah tegak ( dalil 2 ).
- Selama
khilafah belum tegak, untuk menghindarkan meluasnya perbedaan
pendapat ummat Islam tentang hal ini, sebaiknya ummat Islam
mengikuti ru'yah yag nampak di negeri masing-masing. ( ini hanya
pendapat sebagian ulama).
Perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
“Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya serta ulil amri kalian”
(QS. An Nisa: 59)
“Dengar dan taatlah (kepada penguasa).
Karena yang jadi tanggungan kalian adalah yang wajib bagi kalian, dan yang jadi tanggungan mereka ada yang wajib bagi mereka”
(HR. Muslim 1846)
Manusia
yang paham tentunya mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya, dan taat
kepada ulil amri (pemerintah) selama tidak durhaka kepada Allah.
“Janganlah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya.
Kecuali seseorang sudah biasa melaksanakan puasa (sunnah) maka pada hari itu dia dipersilahkan untuk melaksanakannya”.
(HR. Al-Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1802)
Yakni:
Jika puasa yang dia biasa kerjakan kebetulan bertepatan dengan sehari
atau dua hari sebelum ramadhan maka dia tetap boleh berpuasa.
contoh: senin-kamis, atau puasa Nabi Daus as.
“Barang
siapa yang berpuasa pada hari syak (yang diragukan) maka dia telah
durhaka terhadap Abu Al-Qasim (Rasulullah) shallallahu alaihi
wasallam.”
(HR. Abu Daud no. 1987, At-Tirmizi no. 686,An-Nasai no.2159, dan Ibnu Majah no. 1635)
Hari yang diragukan adalah hari yang diperdebatkan apakah hari itu sudah masuk Ramadhan atau masih akhir Sya’ban.
IV. RUKUN PUASA
1. "... dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai malam...
( AL-Baqarah :187).
2. "Adiy bin Hatim berkata :
Ketika
turun ayat; artinya (...hingga jelas bagimu benang putih dari benang
hitam...), lalu aku mengambil seutas benang hitam dan seutas benang
putih, lalu kedua utas benang itu akau simpan dibawah bantalku.
Maka pada waktu malam saya amati, tetapi tidak tampak jelas, maka saya pergi menemui Rasulullah SAW.
Dan saya ceritakan hal ini kepada beliau.
Beliapun bersabda:
Yang dimaksud adalah gelapnya malam dan terangnya siang (fajar). "
( H.R. Bukhary Muslim).
3. "Allah Ta'ala berfirman:
" Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan ketaatan untukNya " (Al-Bayyinah :5)
4. "Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkan."
( H.R Bukhary dan Muslim).
5. "Diriwayatkan dari Hafshah , ia berkata:
Telah bersabda Nabi SAW:
Barangsiapa yang tidak beniat (puasa Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya."
(HR. Abu Dawud)
Hadits Shahih.
KESIMPULAN:
Keterangan ayat dan hadit di atas memberi pelajaran kepada kita bahawa rukun puasa Ramadhan adalah sebagai berikut :
a. Berniat sejak malam hari ( dalil 3,4 dan 5).
b.
Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan isteri di siang hari sejak
terbit fajar sampai terbenam matahari ( Maghrib), ( dalil 1 dan 2).
V. YANG DIWAJIBKAN PUASA RAMADHAN.
1.
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian untuk
puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu sekalian bertaqwa. "
( Al-Baqarah : 183)
2. "Diriwayatkan dari Ali ra., ia berkata:
Sesungguhnya nabi SAW telah bersabda:
telah diangkat pena ( kewajiban syar'i/ taklif) dari tiga golongan .
- Dari orang gila sehingga dia sembuh
- dari orang tidur sehingga bangun
- dari anak-anak sampai ia bermimpi / dewasa."
( H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
KESIMPULAN
Keterangan di atas mengajarkan kepada kita bahwa:
yang diwajibkan puasa Ramadhan adalah:
setiap orang beriman baik lelaki maupun wanita yang sudah baligh/dewasa dan sehat akal /sadar.
VI. YANG DILARANG PUASA
1. "Diriwayatkan dari 'Aisyah ra. ia berkata:
Disaat kami haidh di masa Rasulullah SAW, kami dilarang puasa dan diperintahkan mengqadhanya, dan kami tidak
diperintah mengqadha Shalat ".
( H.R Bukhary Muslim)
KESIMPULAN
Keterangan
di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa wanita yang sedang haidh
dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya.
Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.
VII. YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN
1.
"(Masa yang diwajibkan kamu puasa itu ialah) bulan Ramadhan yang
padanya diturunkan Al-Qur'an, menjadi pertunjuk bagi sekalian manusia,
dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan pertunjuk, dan
(menjelaskan) antara yang haq dengan yang bathil.
Karenanya, siapa
saja dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadhan (atau
mengetahuinya), maka hendaklah ia puasa di bulan itu;
dan siapa
saja yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, kemudian
wajiblah ia puasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain.
(Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki
kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung
kesukaran.
Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan
Ramadhan), dan supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat
pertunjukNya, dan supaya kamu bersyukur."
( Al-Baqarah:185.)
2. "Diriwayatkan dari Mu'adz , ia berkata:
Sesungguhnya
Allah swt telah mewajibkan atas nabi untuk puasa, maka DIA turunkan
ayat (dalam surat AL-Baqarah: 183-184), maka pada saat itu barangsiapa
mau puasa dan barangsiapa mau memberi makan seorang miskin, keduanya
diterima.
Kemudian Allah menurunkan ayat lain (AL-Baqarah:185),
maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan
sehat dan diberi rukhsah ( keringanan) untuk orang yang sakit dan
bermusafir dan ditetapkan cukup memberi makan orang misikin bagi oran
yang sudah sangat tua dan tidak mampu puasa. "
( HR. Ahmad, Abu Dawud, AL-Baihaqi dengan sanad shahih).
3. "Diriwayatkan dari Hamzah Al-Islamy:
Wahai Rasulullah, aku dapati bahwa diriku kuat untuk puasa dalam safar, berdosakah saya?
Maka beliau bersabda :
hal
itu adalah merupakan kemurahan dari Allah Ta'ala, maka barangsiapa yang
menggunakannya maka itu suatu kebaikan dan barangsiapa yang lebih suka
untuk terus puasa maka tidak ada dosa baginya "
( H.R.Muslim)
4. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry ra. ia berkata:
Kami bepergian bersama Rasulullah SAW ke Makkah, sedang kami dalam keadaan puasa.
Selanjutnya ia berkata:
Kami berhenti di suatu tempat.
Maka Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya kamu sekalian sudah berada ditempat yang dekat dengan musuh kalian, dan berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu.
Ini merupakan rukhsah, maka diantara kami ada yang masih puasa dan ada juga yang berbuka.
Kemudian kami berhenti di tempat lain.
Maka beliau juga bersabda:
Sesungguhnya besok kamu akan bertemu musuh, berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu sekalian,maka berbukalah.
Maka ini merupakan kemestian, kamipun semuanya berbuka.
Selanjutnya bila kami bepergian beserta Rasulullah SAW kami puasa ."
( H.R Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).
5. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry ra. ia berkata:
Pada suatu hari kami pergi berperang beserta Rasulullah saw. di bulan Ramadhan.
Diantara kami ada yang puasa dan diantara kami ada yang berbuka .
Yang puasa tidak mencela yang berbuka ,dan yang berbuka tidak mencela yang puasa.
Mereka
berpendapat bahwa siapa yang mendapati dirinya ada kekuatan lalu puasa,
hal itu adalah baik dan barangsiapa yang mendapati dirinya lemah lalu
berbuka,maka hal ini juga baik"
(HR. Ahmad dan Muslim)
6. "Dari Jabir bin Abdullah:
Bahwa
sesungguhnya Rasulullah SAW pergi menuju ke Makkah pada waktu fathu
Makkah, beliau puasa sampai ke Kurraa’il Ghamiim dan semua manusia yang
menyertai beliau juga puasa.
Lalu dilaporkan kepada beliau bahwa manusia yang menyertai beliau merasa berat , tetapi mereka tetap
puasa karena mereka melihat apa yang tuan amalkan (puasa).
Maka beliau meminta segelas air lalu diminumnya.
Sedang manusia melihat beliau, lalu sebagian berbuka dan sebagian lainnya tetap puasa.
Kemudian sampai ke telinga beliau bahwa masih ada yang nekad untuk puasa.
Maka beliaupun bersabda:
mereka itu adalah durhaka."
(HR.Tirmidzy).
7. "Ucapan Ibnu Abbas:
wanita
yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan
anak-anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup membayar fidyah
memberi makan orang miskin "
( Riwayat Abu Dawud ).
Shahih
8. "Diriwayatkan dari Nafi' dari Ibnu Umar:
Bahwa sesungguhnya istrinya bertanya kepadanya ( tentang puasa Ramadhan ), sedang ia dalam keadaan hamil.
Maka ia menjawab:
Berbukalah dan berilah makan sehari seorang miskin dan tidak usah mengqadha puasa ."
(Riwayat Baihaqi) Shahih.
9. "Diriwayatkan dari Sa'id bin Abi 'Urwah dari Ibnu Abbas beliau berkata:
Apabila
seorang wanita hamil khawatir akan kesehatan dirinya dan wanita yang
menyusui khawatir akan kesehatan anaknya jika puasa Ramadhan.
Beliau berkata:
Keduanya boleh berbuka (tidak puasa ) dan harus memberi makan sehari seorang miskin dan tidak perlu mengqadha puasa".
(HR.Ath-Thabari dengan sanad shahih di atas syaratMuslim , kitab AL-irwa jilid IV hal 19).
KESIMPULAN:
Pelajaran yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah:
Orang
Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa
Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
- Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
- Orang
yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh
meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat
lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.
Orang
Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan
puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan
sehari seorang miskin).
Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena:
- Umurnya sangat tua dan lemah.
- Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
- Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
- Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
- Orang
yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu
dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan. (
dalil 2,7,8 dan 9).
VIII HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
1.
"...dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang
hitam (fajar ), kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam..."
( Al-Baqarah : 187).
2. "Dari Abu Hurairah ra.:
bahwa sesungguhnya nabi SAW telah bersabda:
Barangsiapa yang terlupa, sedang dia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya.
Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya karunia makan dan minum "
(Hadits Shahih, riwayat Al-Jama'ah kecuali An-Nasai).
3. Dari Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:
Barang
siapa yang muntah dengan tidak sengaja, padahal ia sedang puasa - maka
tidak wajib qadha (puasanya tetap sah), sedang barang siapa yang
berusaha sehinggga muntah dengan sengaja, maka hendaklah ia mengqadha
(puasanya batal ).
( H.R : Abu Daud dan At-Tirmidziy )
4. Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata:
Disaat kami berhaidh ( datang bulan ) dimasa Rasulullah SAW, kami dilarang puasa dan diperintah untuk mengqadhanya
dan kami tidak diperintah untuk mengqadha shalat.
(H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
5. Diriwayatkan dari Hafshah, ia berkata:
Telah bersabda Nabi SAW: Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa ( Ramadhan ) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya.
( H.R : Abu Daud ) hadits shahih.
6. Telah bersabda Rasulullah saw:
Bahwa sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata:
Sesungguhnya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW:
Ya
Rasulullah saya terlanjur menyetubuhi istri saya (di siang hari)
padahal saya dalam keadaan puasa ( Ramadhan ), maka Rasulullah SAW
bersabda:
Punyakah kamu seorang budak untuk dimerdekakan?
Ia menjawab: Tidak.
Rasulullah SAW bersabda:
Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut?
Lelaki itu menjawab: Tidak.
Beliau bersabda lagi: Punyakah kamu persediaan makanan untuk memberi makan enam puluh orang miskin?
Lelaki itu menjawab: Tidak.
Lalu
beliau diam, maka ketika kami dalam keadaan semacam itu, Rasulullah SAW
datang dengan membawa satu keranjang kurma, lalu bertanya : dimana
orang yang bertanya tadi ?
ambilah kurma ini dan shadaqahkan dia.
Maka orang tersebut bertanya: Apakah kepada orang yang lebih miskin dari padaku ya Rasulullah?
Demi Allah tidak ada diantara sudut-sudutnya ( Madinah ) keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku.
Maka Nabi SAW lalu tertawa sampai terlihat gigi serinya kemudian bersabda :
Ambillah untuk memberi makan keluargamu.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
KESIMPULAN
Ayat
dan hadits-hadits tersebut di atas menerangkan kepada kita bahwa
hal-hal yang dapat membatalkan puasa (Ramadhan ) ialah sbb :
- Sengaja
makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di
siang hari, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil : 2 )
- Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil :3 )
- Pada siang hari terdetik niat untuk berbuka. (dalil : 5 dan 6 )
- Dengan
sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping
puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang
hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila
tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.( dalil : 7 )
- Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib ).( dalil : 4 )
IX. HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA.
1.
Diriwayatkan dari Aisyah ra Bahwa sesungguhnya Nabi SAW dalam keadaan
junub sampai waktu Shubuh sedang beliau sedang dalam keadaan puasa,
kemudian mandi.
(H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
2. Diriwayatkan dari Abi Bakar bin Abdurrahman, dari sebagian sahabat-sahabat Nabi SAW ia berkata kepadanya :
Dan
sungguh telah saya lihat Rasulullah SAW menyiram air di atas kepala
beliau padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara
panas.
( H.R : Ahmad, Malik dan Abu Daud )
3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa sesungguhnya Nabi saw berbekam sedang beliau dalam keadaan puasa.
(H.R : Al-Bukhary ) .
4.
Diriwayatkan dari Aisyah ra Adalah Rasulullah saw mencium ( istrinya )
sedang beliau dalam keadaan puasa dan menggauli dan bercumbu rayu dengan
istrinya (tidak sampai bersetubuh ) sedang beliau dalam keadaan puasa,
akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan birahinya.
( H.R : Al-Jama'ah kecuali Nasa'i) hadits shahih.
5. Diriwayatkan dari Abdullah bin Furuuj:
Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah ra. Wanita itu berkata:
Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam keadaan puasa, bagaimana pendapatmu ?
Maka ia menjawab: Adalah Rasulullah SAW pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa.
( H.R : Aththahawi dan Ahmad dengan sanad yang baik dengan mengikut syarat Muslim ).
6. Diriwayatkan dari Luqaidh bin Shabrah:
Sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
Apabila kamu beristinsyaaq ( menghisap air ke hidung ) keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa.
( H.R :Ashhabus Sunan )
7. Perkataan ibnu Abbas:
Tidak mengapa orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya
( Ahmad dan Al-Bukhary ).
KESIMPULAN
Hadits-hadits
tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa hal-hal tersebut
di bawah ini bila diamalkan tidak membatalkan puasa :
- Menyiram
air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara
panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
- Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh. (dalil : 1 )
- Berbekam pada siang hari. ( dalil : 3 )
- Mencium, menggauli, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari.( dalil 4 dan 5 )
- Beristinsyak ( menghirup air kedalam hidung )terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya. (dalil:6 )
- Disuntik di siang hari.
- Mencicipi makanan asal tidak ditelan.(dalil :7)
ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.
1. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra. telah bersabda Rasulullah SAW:
Apabila
malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini,
sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
2. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad:
Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:
Manusia ( ummat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
3. Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata:
Rasulullah
SAW berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum
shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka
dengan meneguk air beberapa teguk.
( H.R : Abu Daud dan Al-Hakiem )
4. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:
Apabila
salah seorang diantara kamu puasa hendaklah berbuka dengan kurma, bila
tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih.
( H.R : Ahmad dan At-Tirmidzi )
5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar:
Adalah
Nabi SAW selesai berbuka Beliau berdo'a (artinya) telah pergi rasa haus
dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap ada Insya Allah.
( H.R : Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan )
6. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah SAW:
Apabila
makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat
Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu ( yang
sudah terhidang ).
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
7. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra:
Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda:
Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah.
(H.R:Al-Bukhary )
8. Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma'di Yaqrib, dari Nabi SAW bersabda:
Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah.
( H.R : An-Nasa'i )
9. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit berkata:
Kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian kami bangkit untuk menunaikan shalat ( Shubuh ).
saya berkata :
Berapa saat jarak antara keduanya ( antara waktu sahur dan waktu Shubuh )?
Ia berkata: Selama orang membaca limapuluh ayat.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
10. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata:
Adalah para sahabat Muhammad SAW adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( H.R : Al-Baihaqi )
11. Telah bersabda Rasulullah SAW:
Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia
menyelesaikan hajatnya ( makan/minum sahur ) daripadanya.
(H.R : Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem )
12. Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata:
Shalat telah di'iqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra. beliau bertanya:
Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah?
Beliau menjawab: ya, lalu ia meminumnya.
( H.R Ibnu Jarir )
13. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata:
Adalah Rasulullah SAW orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika
Jibril
menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan
untuk mentadaruskan beliau SAW al-qur'an dan benar-benar Rasulullah SAW
lebih dermawan tentang kebajikan (cepat berbuat kebaikan ) daripada
angin yang dikirim.
(HR Al-Bukhary )
14. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:
Adalah Rasulullah SAW menggalakkan qiyamullail (shalat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan
secara wajib, maka beliau bersabda:
Barang
siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan
mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah
lalu.
(H.R : Jama'ah)
15. Diriwayatkan dari
Aisyah ra. sesungguhnya Nabi SAW apabila memasuki sepuluh hari terakhir (
bulan Ramadhan ) beliau benar-benar menghidupkan malam (untuk beribadah
) dan membangunkan istrinya ( agar beribadah ) dengan mengencangkan
ikatan sarungnya (tidak mengumpuli istrinya ).
( H.R.: Al-Bukhary dan Muslim )
16. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:
Adalah
Nabi SAW bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir (
di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya.
( H.R : Muslim )
17. Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra:
Bagaimana shalat malamnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan?
maka ia menjawab:
Rasulullah SAW tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka'at baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya, caranya :
Beliau
shalat empat raka'at jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian shalat
lagi empat raka'at jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian shalat
tiga raka’at.
( H.R : Al-Bukhary,Muslim dan lainnya )
18. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata:
Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua raka'at yang ringan,
kemudian shalat delapan raka'at, kemudian shalat witir.
( H.R : Muslim )
19. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata:
Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata:
Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam?
Maka Rasulullah SAW menjawab:
Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at.
Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka berwitirlah satu raka'at.
( H.R : Jama'ah)
20. Dari Aisyah ra. ia berkata:
Sesungguhnya
Nabi SAW shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan
shalat beliau (bermakmum di belakang), lalu beliau shalat pada malam
kedua dan para sahabat bermakmum dibelakangnya bertambah banyak,
kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat mereka berkumpul, maka
Rasulullah SAW tidak keluar mengimami mereka.
Setelah pagi hari beliau bersabda:
Saya
telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangi aku
untuk keluar kepada kalian (untuk mengimami shalat) melainkan aku
khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian.
Ini terjadi pada bulan Ramadhan.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
21. Dari Ubay bin Ka'ab ia berkata:
Adalah Rasulullah SAW shalat witir dengan membaca:
"Sabihisma Rabbikal A'la" dan
"Qul ya ayyuhal kafirun"
dan "
Qulhu wallahu ahad ".
( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i dan Ibnu Majah )
22. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali ia berkata:
Rasulullah SAW. telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam qunut witir:
Ya
Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri
petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna beserta orang yang telah
engkau beri kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang
telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan,
peliharalah aku dari apa yang telah Engkau tentukan.
Maka
sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan
atas Engkau, bahwa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin
dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi.
Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau.
( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
23. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW bersabda:
Barang siapa yang shalat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu.
( H.R : Jama'ah )
24. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda:
berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir.
(H.R : Muslim )
25. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata:
Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh, maka
Rasulullah SAW bersabda:
Sayapun
bermimpi seperti mimpimu, ( ditampakkan pada sepuluh malam terakhir,
maka carilah ia ( lailatul qadar ) pada malam-malam ganjil.
( H.R : Muslim )
26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata :
Saya berkata kepada Rasulullah SAW,
Ya
Rasulullah, bagaimana pendapat tuan bila saya mengetahui lailatul
qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu? Beliau bersabda:
Bacalah: "Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku."
(H.R : At-Tirmidzi dan Ahmad )
27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata:
Adalah Rasulullah SAW mengamalkan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan
oleh Allah Azza wa Jalla.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
28. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata:
Adalah Rasulullah SAW apabila hendak beri'tikaf, beliau shalat shubuh kemudian memasuki tempat
i'tikafnya..........
( H.R :Jama'ah kecuali At-Tirmidzi )
29. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata:
Adalah
Rasulullah saw. apabila beri'tikaf , beliau mendekatkan kepalanya
kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah
kecuali karena untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll...)
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
30. Allah ta'ala berfirman :
Janganlah kalian mencampuri mereka( istri-istri kalian ) sedang kalian dalam keadaan i'tikaf dalam masjid.
Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan di dekati...
( Al-Baqarah : 187 )
31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah SAW:
Setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan aku yang memberikan pahala dengannya.
Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji , jangan
berteriak-teriak ( pertengkaran ), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan:
"sesungguhnya saya sedang puasa".
Demi
jiwa Muhammad yang ada di tanganNya sungguh bau busuknya mulut orang
yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah pada hari kiamat daripada
kasturi.
Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, apabila
ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan apabila ia berjumpa dengan
Rabbnya ia gembira karena puasanya.
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
32. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata :
Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:
Barang
siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan,
maka tidak ada bagi Allah hajat (untuk menerima ) dalam hal ia
meninggalkan makan dan minumnya.
( H.R: Jama'ah Kecuali Muslim )
Maksudnya Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya.
33. Bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan:
Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji bersama kami?
Ia menjawab:
Keledai
yang ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya )
untuk berhaji bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi
minum anak-anak kami.
Nabi SAW pun bersabda lagi:
Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku.
( H.R :Muslim)
34. Rasulullah SAW bersabda:
Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah karena umrah di dalamnya (bulan Ramadhan ) setingkat dengan haji.
( H.R : Muslim)
KESIMPULAN
Ayat
dan hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa
dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu melaksanakan adab-adab sbb :
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. ( dalil: 6 ) Sunnah berbuka adalah sbb :
- Disegerakan
yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang
ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan
shalat. ( dalil: 2,3 dan 4 )
- Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu. ( dalil : 6 )
- Setelah
berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : Telah hilang rasa
haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud
insya Allah. ( dalil: 5 )
2. Makan sahur. ( dalil : 7 dan 8 ) Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh. (dalil 9 dan 10 )
b.
Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh,
maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di
tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh. ( dalil 11 dan 12 )
* Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman sahabat maupun tabi'in.
3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an (dalil : 13 )
4. Menegakkan shalat malam / shalat Tarawih dengan berjama'ah.
Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir ( 20 hb. sampai akhir
Ramadhan). (dalil : 14,15 dan 16 )
Cara shalat Tarawih adalah :
- Dengan berjama'ah. ( dalil : 19 )
- Tidak
lebih dari sebelas raka'at yakni salam tiap dua raka'at dikerjakan
empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan
ditutup dengan witir tiga raka'at. ( dalil : 17 )
- Dibuka dengan dua raka'at yang ringan. ( dalil : 18)
- Bacaan
dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua :
Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad. (
dalil : 21 )
- Membaca do'a qunut dalam shalat witir. ( dalil 22 )
5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil.
Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca:
Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku. ( dalil : 25 dan 26 )
6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir. (dalil : 27 )
Cara i'tikaf :
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid. ( dalil 28 )
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak. ( dalil : 29 )
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf. ( dalil : 30)
7. Mengerjakan umrah. ( dalil : 33 dan 34 )
8. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran. (dalil : 31 dan 32 )
Maraji’ (Daftar Pustaka):
1. Al-Qur’anul Kariem
2. Tafsir Aththabariy.
3. Tafsir Ibnu Katsier.
4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani.
5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.
6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.
Sumber: http://www.sabah.org.my/solat/artikel/puasa/panduan_puasa_ramadhan.htm
Aslinya oleh: Ustadz Abu Rasyid
Saya cuma mengedit dikit, biar enak dibaca Insya Allah ^_^hehehe...
Demikianlah kami sampaikan keterangan ini dengan sebenar-benarnya.
Wa Allahu A'lam Bishowab.
Semoga bermanfaat Mukminin dan Mukminat ^_^