Minggu, 26 Agustus 2012

Apa Yang Aku Inginkan

"The World is not enough, and it would never gonna be enough, so I want Allah"
Seorang wanita bertanya kepadaku, "Apa yang kamu inginkan...?" 
Aku bingung kalau ditanya seperti itu.
I was only responding to your heart that was calling for me actually.
Yeah, that's the truth...
Lagian dari awal aku sudah bilang, kalau aku tidak tertarik kepada seorang wanita biasa, dalam artian lelaki dan wanita seperti biasa, aku harus menghadapi sesuatu yang jauh lebh besar di masa depan...
Walaupun aku tidak tahu apa yang ada di depanku, tapi aku bisa merasakannya Lillahi Ta'ala.
Apakah menurutmu aku bisa main-main, sementara waktu yang dijanjikan Allah sudah semakin dekat?

Kalau hanya wanita, insya Allah aku bisa mendapatkannya dalam hitungan ...1...2...3...(tidak percaya, wanna bet...?)
Sejak aku sadar itulah, aku tidak menginginkan wanita biasa lagi, aku ingin yang special dari Allah.
Dan untuk itu, aku harus sabar, dan berusaha bertahan, kadang sampai harus menggigit tangan/jariku sampai sakit/berdarah agar aku sadar bahwa siksaan Allah jauh lebih pedih, untuk tidak "menyentuh"wanita lain.
Tapi emang distractors itu selalu ada, untuk memalingkanku, mengalihkanku, dan/atau menghentikanku.
Beberapa orang yang tidak membawa nama Allah di hatinya, mengaku mencintai Allah, bagaimana bila aku tidak bisa menahan diriku?
Bagaimana bila aku menyakiti orang lain lagi...?
Laa Haula Walaa Quwwataa Illa Billah. 
"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh" 
(QS. Yusuf:33)
Aku lebih menyukai terkurung dalam penjara dan siksaan duniawi ketimbang kenikmatan sesaat yang akan mendatangkan siksaan pedih.
“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” 
(HR. Muslim)
Bukannya tidak bersyukur atas semua nikmat yang Allah limpahkan kepadaku, daripada itu…
Aku lebih ingin segera berada di akhirat bersama Allah, tapi kenyataan bahwa aku masih di dalam penjara ini membuatku sedih, berarti dosaku masih ada.
Masih ada batas-batas di dunia ini.
Sehebat apapun seorang mukmin di dunia, ia masih dalam “penjara “ , penjara yang membatasi menahan hawa nafsu dan keterbatasan terhadap semua hal yang menipu dan membuat lalai dari mengingat Allah. Selemah apapun orang kafir di dunia ini mereka masih seolah berada di dalam surga, karena penderitaan yang mereka hadapi di dunia jika di bandingkan dengan siksaan yang menanti mereka di akhirat, tidak ada artinya sebab disana ada neraka Jahannam (hai… :D)yang menyala sudah menanti mereka, Naudzubillah.
Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat kecuali seperti orang yang memasukkan jarinya kedalam lautan luas, maka perhatikanlah yang tersisa.“
(H.R. Muslim dari AL-Mustaurid bin syaddad r.a.)
Banyak orang lupa, kalau “mau hidup berapa tahun emangnya di dunia? 100...atau 200 tahun? Mati juga kan?”
“Ya Allah tidak ada kehidupan yang sejati selain kehidupan akhirat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Manusia…aku dan mungkin yang lainnya juga sudah memperingatkanmu, menyempatkan waktu kami untukmu, jangan sampai “semua sudah terjadi, semua sudah hanur, semua sudah terlambat”, baru engkau menyesalinya dan menyalahkan kami “kenapa aku tidak dikasih tahu, padahal kamu sudah tahu?”
Aku insya Allah akan menolongmu saat itu, lalu aku membalik badanku darimu begitu engkau berhenti menangis.
“Jadilah kamu di dunia seperti halnya orang asing atau orang yang sekedar numpang lewat/musafir.”
(HR. Bukhari)
Aku tau, ketika aku melakukan itu, aku dianggap player
Sungguh kejam tuduhan itu. Astaghfirullah al-Adzim.
Apa yang kamu harapkan?
Aku duduk manis bersamamu menunggu azab dari Tuhanku, yang biasanya justru akan membuatku sedih dan mungkin aku terkena juga? Naudzubillah.
Atau kamu berharap aku akan melindungimu dari azab Tuhanku?
Astaghfirullah al-Adzim, Demi Allah, aku tidak dapat melakukan itu.
Sudah berapa kali kamu melihat “kecelakaan” yang merenggut nyawa secara tiba-tiba?
Apakah itu kebetulan??
Adakah engkau melihat manusia yang terkena penyakit parah yang tidak bisa sembuh?
Apakah itu hanya “sial aja”?
Sudah berapa kali kamu melihat tubuh manusia kehilangan daya gerak, membujur kaku tanpa daya tanpa hembusan nafas?
Kemanakah senyumnya, kemanakah tawanya, kemanakah tatapan matanya, kemanakah kata-katanya, dimana dia, apakah ini dia yang kemarin masih tersenyum melihatku, masih tertawa bersamaku?
 
Lalu,kamu bertanya “apa pandanganku terhadap dunia ini?”
Tentu saja, aku speechless, karena:
“Ada apa antara aku dengan dunia ini?
Tidaklah aku berada di dunia ini kecuali bagaikan seorang pengendara/penempuh perjalanan yang berteduh di bawah sebuah pohon. 
Kemudian dia beristirahat sejenak di sana lalu meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi, dia berkata hadits hasan sahih)
Hal yang sama juga berlaku untuk harta, Allah sudah mencukupiku dan Dia selalu memanjakanku dengan memenuhi kebutuhanku, bahkan setiap kali aku merengek kepada-Nya minta sesuatu, Alhamdulillah.
Sehingga aku tidak perlu mengurusi dapur orang lain,
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian -dalam hal dunia- dan janganlah kalian melihat orang yang lebih di atasnya. Karena sesungguhnya hal itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat yang Allah berikan kepada kalian.”
(HR. Muslim)
Aku menyadari hal-hal itu, fitnah dunia yang paling melalaikan, fitnah harta dan fitnah wanita, dan aku berlindung kepada Allah, karena aku merasa malu jika sampai dua hal itu membutakanku,
“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau.
Dan sesungguhnya Allah ta’ala menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya.
Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan wanita.”
(HR. Muslim)
Tahukah kamu apa yang dikatakan wanita itu terhadap hamba Allah yang tidak tunduk kepadanya?
"Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak.
Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina".
(QS. Yusuf: 32)
Jika Allah menyerahkan pengendalian urusan ini kepada diriku sendiri, celakalah aku, karena sesungguhnya aku lemah, tiada daya dan upaya, tidak mempunyai kekuatan, tidak sanggup mendatangkan bahaya dan kemanfaatan kecuali dengan bantuan dan kekuatan Allah.
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa:17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar