Kamis, 16 Agustus 2012

Why Should I Care?

A'audzubillahi minasyaitanirrajim,
Bismillahir Rahmanir Rahim.

Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk;
dari semburannya (yang menyebabkan gila), dari kesombongannya dan dari hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq)
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim dan disahkan olehnya serta ibnu Hibban dan Dzahabi).

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Y­รข Ayyuhannas.

Sebelumnya aku mohon ampun kepada Allah jika aku memiliki kelalaian dari tanggung jawab yang dibebankan kepadaku, dan aku meminta maaf kepada kamu (Ayyuhannas = Manusia) atas segala tindakan dan/atau perkataanku yang kurang berkenan. 

Aku akan pulang, mungkin sebentar…mungkin selamanya,
Mungkin kamu akan melihatku lagi, mungkin tidak, 
Maybe you'll find me the same as before, or I'll never be the same, 
Kenapa aku …….. padamu? Wa Allahu ‘Alam.
Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan setan sebagai musuh bagi para Nabi dan kaum mukminin (otomatis berlaku juga bagiku), sebagaimana Dia berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
(Al-An’am: 112)

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
(Fathir: 6)
 Kenapa kamu termasuk ke dalam golongannya?
 "Dua golongan di antara penghuni neraka yang belum aku lihat keduanya:
Suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang;
Perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan mencenderungkan orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga.
Sesungguhnya aroma surga itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian."
(HR. Muslim)
Ibnul Jauzi yang berpendapat bahwa berpakaian tapi telanjang ada tiga makna;
Pertama, wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Kedua, wanita yang membuka sebagian aurat tubuhnya.
Ketiga, wanita yang mendapatkan nikmat Allah namun tidak bersyukur kepada-Nya.

Menurut Imam An-Nawawi, berpakaian tapi telanjang mengandung beberapa arti:
Pertama, berpakaian atau dibungkus nikmat Allah SWT tetapi telanjang dari bersyukur kepada-Nya.
Kedua, terbungkus pakaian tetapi telanjang dari perbuatan baik dan perhatian terhadap akhirat serta tidak berbuat taat.
Ketiga, mengenakan pakaian tetapi tampak sebagian auratnya;
Keempat, berpakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulit dan lekuk tubuhnya.

Tau kan, pertama kali aku menemukanmu dan sampai sekarang, kamu masih “perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan mencenderungkan orang lain”.
Yang mana, kamu mengakuinya sendiri padaku dengan nada bicara yang lemas, seperti orang yang tau kalau salah tapi tetap melakukan kesalahan karena takut untuk berubah.
Takut kalau lingkungan sosialnya menolaknya, takut kalau kehilangan setan-setannya.
Kalaulah Allah mengizinkanku untuk minimal memukuli mereka dan/atau membunuh mereka lalu menunjukkan bukti bahwa mereka, yang selalu memuji kamu dan “pakaian telanjangmu” itu adalah setan, tentulah aku sudah melakukannya, dengan senang hati.
"Huh...?! What?"
Tau, yang dimaksud dengan “cenderung dan mencenderungkan orang lain”?
Ya, itu adalah tipe orang yang gampang terbujuk, gampang terayu, gampang tertipu, dan berusaha menipu orang lain.
Padahal aku sudah bilang “Jadilah dirimu sendiri, jangan terpengaruh orang lain”.
Karena aku melihat hatimu (what?? Melihat???...anggep aja gitu…susah dijelasin :D) dan aku melihat kebaikan di situ, rasa takutmu, rasa khawatirmu, kamu sendirian dalam kebingungan.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
(QS. Al-A’raaf [7]:26)

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya.
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.
(QS. Al-A’raaf [7]:27)
Tau siapa yang dimaksud sebagai pemimpin?
Get ready to be shocked.
Pemimpin itu bisa atasanmu, ulama pembimbingmu baik itu ustad, kyai, dan/atau habib ,dsb (sudah sering terjadi: Iblis dan anak buahnya nyamar jadi yang kayak gitu, Naudzubillah), orang yang kamu idolakan (saya tidak yakin Rasulullah SAW adalah idolamu yang “numero uno” di antara manusia), atau yang paling parah….suamimu, ya suamimu adalah pemimpin bagimu juga (numero uno between humans which  is still alive).
Lalu, bagaimana impian surga Allah bagimu…?
"Pose dulu gan, mumpung disebut"
Kalau yang memimpinmu adalah setan…kira-kira kemana Mbakyu? Wkwkwkwk
Naudzubillah.

Ya ayyuhannas, aku terharu mendengar ceritamu, impianmu, dan keinginanmu…kalau Allah tidak menutup aibku, tentulah aku menangis saat itu.

Ceritamu tentang kehidupanmu yang penuh tantangan…kesusahan, kesedihan, aku sedih n malu karena kamu tinggal di tempat tanpa AC, sedangkan aku dah misuh-misuh AC mati dikit aja, Astaghfirullah Al-Adzim.
(Aku gak tahan panas, semoga saja itu menjadi pengingatku untuk tidak jadi ahli Neraka, Naudzubillah)
"Panasssh...ssssh, Astaghfirullah"
Impianmu, membuatku sedih, karena itu adalah impian yang dangkal dibandingkan dengan:
Di salah satu rumah dari sekian rumah yang terdapat di kota Madinah Umar bin Khattab duduk bersama sahabat-sahabatnya.
Beliau berkata:”Bercita-citalah!”
Salah seorang di antara mereka berkata: ”Saya bercita-cita seandainya rumah ini penuh dengan emas, niscaya saya akan infakkan di jalan Allah”.
Lalu Umar berkata lagi: “Bercita-citalah!”
Sahabat yang lain berkata: ”Saya bercita-cita seandainya rumah ini penuh dengan mutiara, zamrut dan permata niscaya saya akan menginfakkannya di jalan Allah dan menyedekahkannya”.
Umar berkata lagi: ”Bercita-citalah!”
Para sahabatnya berkata serempak: ”Kami tidak tahu apalagi yang harus kami katakan wahai Amirul Mu’minin”.
Lalu Umar berkata: ”Saya bercita-cita tampilnya orang-orang seperti Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, Mu’adz bin Jabal, dan Salim budak Abu Hudzaifah, niscaya saya akan meminta bantuan mereka guna menegakkan Kalimatullah.”

Keinginanmu, membuatku terharu, sungguh indah:
Kamu menginginkan seorang suami yang bisa menjadi imam bagimu (agamanya kenceng maksudnya, kayaknya), laki-laki yang tidak pernah berbuat dosa (dosa yang masuk kategori: “parah”), dan yang serius (aku gak tau “Serius” di sini maksudnya apa, apa serius mau bareng kemanapun including hell, atau “serius” itu muka sedih/mengkerut terus, atau “serius” itu gak boleh ketawa, Wa Allahu a’lam bishawab)
Subhan Allah
Indah ya, kadang aku berharap itu aku (jujur banget gan, :p), tapi itu bukanlah aku…aku tidak seperti itu.
Fateful Meeting
Aku tidak tau kenapa kita bertemu.
Aku tidak tau kenapa kamu muncul, atau sebaliknya juga, kamu tidak tau kenapa aku ada, Wa Allahu a’lam bishawab.
Aku gak tau maksud-Nya, nyuruh aku jaga kamu, sama saja kayak nyuruh kucing jaga ikan (perumpamaan doang ya).
Siapa yang bisa menjamin keamanan dari hubungan itu?
Aku? Seingetku aku bukan Allah, aku hanya hamba-Nya.
Ya, hanya Allah yang bisa menjamin.

Jadi, ya…aku harapkan kamu bisa menyerahkan dirimu sepenuhnya kepada Allah.
Karena hatimu, yang bahkan menurutku menarik itu, juga menarik bagi Iblis dan seluruh jajaran staf dan anteknya, dan mereka akan menggunakan segala macam cara untuk menyesatkanmu.
FYI: (seharusnya aku tidak mengatakan ini) mereka akan full frontal n fully equipped setelah Ramadhan.

Aku tidak bisa memaksamu (gak ada dalam SOP untuk memaksa) karena kita tidak terikat dalam sebuah perjanjian:
"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu.
Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan"
(QS. Yunus:41)

"Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat".
(QS. Hud:35)

"Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu lakukan!"
(QS. As-Shu’ara:216)
Aku hanya seorang muslim penyampai kabar gembira sekaligus pemberi peringatan, jika kamu mendengar apa yang kami sampaikan maka itu adalah kebaikan dari Allah untukmu.
Sesungguhnya aku tidak bisa memberi hidayah kepadamu, hidayah adalah milik Allah.
“Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu sayangi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk
[QS. Al Qashash/28: 56]
Jika kamu tidak mendengar, saranku sih, sering-sering ke sauna, latihan… ;D
Wkwkwk.
Naudzubillah.

Sekian dulu ya,
Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Aku berharap bisa bertemu denganmu dalam keadaan yang lebih baik ya ayyuhannas yang kucintai.

PS:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya.
Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.
Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.
(keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu.
Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya.
Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi.
(QS. At-Taubah:67-69)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar