Selasa, 11 September 2012

Cintalah Jangan Suudzon

Eh...eh, anu, alasan khususnya bukan karena kamu tanpa sengaja menemukan "A Bystander" yg sedang "bersembunyi" & mengajarkannya cinta kan? :D 
Hahaha, hidup ini lucu kan...terlalu banyak "kebetulan".  
"Bystander" itu sedang bersembunyi jauh dari peradaban, sementara dia meminta kepada Allah sesuatu yang bahkan tidak pernah dilihatnya. "Bystander" itu merasa bahwa "kalau aku disini", tidak akan ada yang ada yang menemukanku. Setidaknya dia memang bodoh, Allah bisa apa saja, kekuasaan-Nya tiada batas.
Tapi ada manusia yang tiba-tiba menyadari sesuatu yang hanya dia dan Allah yang tahu, lalu mengajarinya (sedikit "dipaksa") tentang cinta, tentang mencintai, dan bahwa mencintai manusia itu adalah salah satu cabang dari cinta Allah
Sejak itu "Bystander" satu itu, belajar lagi dari awal semua hal yang dulu sudah diketahuinya.
Dan dia sekarang lebih mengerti bahwa hidayah itu milik Allah, dia tidak bisa menyelamatkan siapapun tanpa Allah menghendaki demikian juga. 
Jadi, kalau dulu dia mencoba menyelamatkan semua orang (L/P) sampe berdarah-darah...sekarang dia lebih "melihat", "mendengar" dan berpikir. Termasuk ketika melihat "setan vs setan", dia akan diam saja, tidak ngapa-ngapain, hanya melihat.

Aku tidak menghakimi orang, itu hak Allah.  
Tapi jika ada yang bilang kamu tidak bisa melihat tanda-tanda ahli neraka dan ahli syurga, itu...tidak sepenuhnya benar. Itu hanya agar kita tidak ber-su'udzon kepada orang lain, sehina apapun dia di mata kita. Allah mengajarkan itu kepadaku dgn contoh nyata. 

Contoh:
Suatu pagi, ketika habis shalat subuh di Masjid terdekat di kota anda (deket kost maksudnya), jalan-jalan nyari makanan (biasanya dia ada kegiatan lain sehabis shalat subuh itu) agak jauh, tempat langganannya dulu, dah jalan lumayan jauh, sampe di TKP ternyata...yup...tutup...gak buka "khusus" hari itu.
Yah, habis itu berjalan pulang...tak...tik...tuk...(jalan kaki)...ternyata ada yang mengikutinya...botak gede serem matanya merah (lebih gede dari dia)...
Mulai ngerasa gak nyaman, dia jalan agak stand by (tadinya santai banget) kalo-kalo dia mau langsung nyerang dari belakang, pikirnya...

Hampir sampai di kost, ternyata ada yang dagang makanan buat sarapan pagi (ya iyalah, jam 5 pagi masak buat makan siang T_T, kadang dongo' juga nih)...nah, untuk melihat dan memastikan bahwa orang itu (yang botak gede serem + matanya merah tadi), dia sengaja ngelewati Ibu yang dagang itu untuk sekedar melihat gembok pagar kost...ternyata orang itu juga melewati Ibu Dagang itu.
(Jaraknya Kost - Ibu Dagang +/- 15 meter)
Habis megang gembok, langsung balik badan...dan berjalan ke arah Ibu dagang buat beli makan...ternyata...guess what...
YUP...abang botak gede serem + matanya merah itu ngikutin dia.

Sampe di tempat Ibu itu, ternyata beliau belum siap dagangannya, masih mau bawa-bawa segalanya dari rumahnya di gang di depan lapaknya tuh tante.
Nah, pajang-pajangan dunk dia sama si abang botak gede serem + matanya merah tadi.
Dia mikir, "pasti mau malak nih bocah." (gak mungkin assasin/pembunuh bayaran kan, hahaha, ngapain coba?)
Pelototan and saling liat, dia liatnya biasa aja, orang itu melotot dengan mata merahnya sambil megang-megang sesuatu di tas kecilnya.
Mikir lagi, "pisau tuh..." (Ya iyalah, masa' pistol...-_-...aih).
Ada saat ketika dia ingin langsung nyamperin tuh orang dan "yah biasalah: Bag Big Bug Dug" aja, tapi ada suara yang menghentikannya 
"Sabar...kan dia gak ngapa-ngapain, kalo dia nyentuh kamu duluan kamu bebas ngapain aja".
So, dia tetap stay still in alert dan berusaha santai.
Nah...lama-lama jongkok-berdiri-jongkok kan gerah n capek (gak ada tempat duduk yang layak, kecuali mau lesehan di aspal :D)...

Akhirnya dia memutuskan untuk menyapa dan membantu Ibu itu menyiapkan,
K: "Bu, ada yang bisa saya bantu?"
I: " Oh kebeneran dik, anak-anak Ibu pada males bantuin."
(Belakangan gw tau kalo Ibu ini adalah isteri dari Imam di Masjid tadi, Masyaa Allah)
Dah, bolak-balik masuk gang kecil mbantuin Ibu itu ngangkatin semua dagangan, kursi plastik, dsb.
Akhirnya kelar juga #Alhamdulillah, karena Allah, mungkin jadi gak kerasa capek sama sekali.
K: "Bu saya pesen nasi lontong sayurnya ya"
I: "Iya dik, pake sambel gak?"
K: "iya bu"
Ibu itu ngeliatin ke arah abang botak gede serem yang matanya merah itu, lalu,
I: "temennya juga satu ya dik"
K: (kaget n menolak dibilang temen) "ah, bukan bu, saya gak tau siapa itu."
I: "oh gitu"
Abang itu bereaksi dan menjawab: "Iya bu, saya juga satu"
K: (kaget, mikir "berarti dia denger percakapan gw sama Ibu ini dari tadi")
Yah, santai aja...makan (tetap alert), dah kelar satu porsi, masih laper, nambah nasi kuning.
Sementara abang itu dah kelar, n mulai bayar.
Dia (K) liatin terus (agak jauh duduknya), abang itu nunjuk-nunjuk dia sambil ngomong sama Ibu itu.
K: (mikir, "ah, gak mungkin dia mau bayarin gw, sementara tadi hampir aja "yah taulah" kalau aku tidak dicegah)
Selesai bayar, abang itu pergi sambil senyum ke arahnya.
Saking kaget liat senyum itu, dia diem senyum pun kagak, bukan karena kesel atau marah atau tidak peduli, tapi kaget karena mungkin firasatnya benar "bahwa dia dibayarin". 
Akhirnya selesai makan...
Mau bayar...
I: "Tadi udah dibayarin temennya dik"
K: (sok gak tau, masih) "Temen...temen yang mana Bu?"
I: "Yang tadi" (maksudnya abang yang tadi)
K: "Lho, saya gak kenal sama sekali lho sama orang tadi, serius bu? Emang Ibu kenal sama orang itu? Orang sini ya Bu?"
I: "Oh...iya? kirain kenal...Ibu juga gak tau siapa itu, baru kali ini Ibu liatnya..."
K: "Oh,gitu ya Bu, yaudah, makasih ya Bu"
(Senyum)
Alhamdulillah dibayarin orang, rezeki dari Allah.
Mikir...dan mikir..."Siapa orang tadi ya Allah?"
Yang Ditanya senyum aja di atas sana (itu yang dia rasakan, bahwa Tuhannya itu sedang tersenyum, Subhan Allah).
Kesimpulan yang didapatnya:
Itu siapa "Wa Allahu 'alam bishawab", mungkin Malaikat yang ditugaskan untuk memberinya rezeki dari Allah, mungkin juga setan yang ditugaskan oleh Allah untuk menguji tingkat kepatuhan dan kesabarannya (ingat waktu dia hendak "menerkam" abang itu, ada suara yang menyuruhnya untuk tidak melakukannya).
Dan ketika dia bisa bersabar dan tidak menyerang orang yang memprovokasinya itu, Allah senang dan memberinya rezeki.
Dan banyak pelajaran pagi itu:
  1. Jangan terburu buru baca Al-Qur'an, pahami pelan-pelan jangan hanya mengejar "tamat" terus ulang lagi tanpa berusaha memahami, mengaplikasikan, dan mengagumi setiap ayat-ayat Allah itu adalah benar;
  2. Di kehidupan sehari-hari ada pelajaran juga, janganlah kamu hanya membicarakan ayat-ayat Allah dan tuntunan dari Rasul-Rasul-Nya serta para nabi-nabi-Nya;
  3. Jangan gampang terpancing, tahanlah dirimu ketika kamu hendak menyerang orang lain, walaupun mereka memprovokasimu;
  4. Selalu percaya, bahwa Allah melindungimu;
  5. Berbuat baiklah kepada orang lain yang membutuhkanmu;
  6. Makanlah dengan membaca "Bismillah" minimal; dan
  7. Cintailah manusia karena Allah dan jangan berprasangka buruk kepada manusia, walaupun menurut logikamu manusia itu "pasti" berniat buruk kepadamu.
    Karena Allah melindungimu,
    dan Dialah sebaik-baiknya Pelindung
    .
Subhan Allah Wa Alhamdulillah
Wa Laa Ilaha Illa Allah Wa Allahu Akbar.

Sungguh, Allah itu sering membuatku menangis, karena-Nya.
Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah.
Aku berlindung kepada Allah.

1 komentar:

  1. Sikap-sikap seperti ini biasanya muncul karena kita sering terburu-buru berprasangka terhadap suatu perkara yang belum jelas. Atau kalaupun sudah jelas perkara tersebut, kita kurang bijaksana dalam mensikapinya, ini tertera dalam surah / surat : Yunus Ayat : 36

    wamaa yattabi'u aktsaruhum illaa zhannan inna alzhzhanna laa yughnii mina alhaqqi syay-an inna allaaha 'aliimun bimaa yaf'aluuna

    36. Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran []. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

    [] Sesuatu yang diperoleh dengan prasangkaan sama sekali tidak bisa mengantikan sesuatu yang diperoleh dengan keyakinan.. Maka yang muncul kemudian emosi, marah, mau menang sendiri, dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.

    BalasHapus